Pertentangan - Pertentangan dalam Silsilah Tuhan Yesus

Silsilah Yesus ini sering dipersoalkan karena kelihatannya mengandung pertentangan-pertentangan dengan bagian-bagian lain dari Kitab Suci. Bahwa dalam Kitab Suci kita ada banyak hal yang kelihatannya bertentangan, sering disoroti secara negatif oleh banyak orang. Sebetulnya perlu kita ketahui bahwa:
1.   Adanya hal-hal yang kelihatannya bertentangan itu bisa diso­roti secara positif, karena hal-hal itu menunjukkan bahwa:
a.   Para penulis Kitab Suci tidak bersekongkol dalam menuliskan Kitab Suci.
b.   Tidak ada orang yang merevisi Kitab Suci, karena kalau memang demikian, maka pasti semua hal yang kelihatan ber­tentangan itu sudah ‘disesuaikan’. Hal ini perlu saudara camkan karena ada agama lain yang mengatakan bahwa orang-orang Yahudi sudah merevisi Kitab Suci kita ini.
2.   Hal-hal yang kelihatannya bertentangan itu bisa diharmoniskan / dijelaskan sehingga tidak bertentangan.

Pertentangan-pertentangan yang ada di dalam / berhubungan dengan silsilah Yesus dalam Mat 1:1-17 ini:
1)   Silsilah Yesus dalam Mat 1:1-17 berbeda dengan silsilah Yesus dalam Luk 3:23-38.
Kalau kita menyoroti dan membandingkan kedua silsilah itu pada bagian mulai dari Daud sampai kepada Yesus, maka akan terlihat bahwa ada perbedaan nama-nama, bahkan ada perbedaan jumlah orang (dalam Matius hanya 28 nama, sedangkan dalam Lukas ada 43 nama).
Mari kita soroti Mat 1:15b-16 dan Luk 3:23b-24a.
Dalam Matius                                    Dalam Lukas
Matan                                                 Matat
    ¯                                                      ¯
Yakub                                                 Eli
    ¯                                                      ¯
Yusuf                                                   Yusuf

Jadi sebetulnya Yusuf itu anaknya siapa? Anak Eli (menurut Lukas) atau anak Yakub (menurut Matius)?

Ada 2 cara untuk mengharmoniskan kedua bagian / silsilah ini:
a)   Bapa-bapa gereja, dimulai seorang yang bernama Africanus (tahun 220 M), mengharmoniskan perbedaan ini dengan cara sebagai berikut:
Matan ----------- Esta ----------- Matat
¯                      ¯
Yakub ----- P ----- Eli
        ¯
Yusuf ----- Maria
                                    ¯
                                Yesus

Keterangan: Matan kawin dengan seorang perempuan yang bernama Esta dan lalu mempunyai anak yang dinamakan Yakub. Setelah Matan mati, Esta kawin lagi dengan Matat dan mempunyai anak yang dinamakan Eli. Jadi, Yakub dan Eli adalah setengah saudara.
Eli lalu kawin dengan seorang perempuan (P), tapi Eli mati sebelum istrinya itu sempat mendapatkan anak, dan karena itu Yakub sebagai saudara Eli harus kawin dengan istri Eli untuk memberi keturunan kepada Eli. Dari perkawinan itu lahirlah Yusuf. Jadi Yusuf adalah anak sah dari Eli, tapi sebetulnya Yusuf diperanakkan oleh Yakub. Ini cocok, karena dalam Matius dikatakan ‘Yakub memperanakkan Yusuf’, sedang­kan dalam Lukas dikatakan ‘Yusuf, anak Eli’.
Jadi menurut penafsiran pertama ini, silsilah Yesus dalam Matius maupun Lukas sama-sama diambil dari jalur Yusuf, tetapi Lukas mengambil jalur yang sah (secara hukum / legal), sedangkan Matius mengambil jalur yang sebenarnya.
b)   Penafsiran / pengharmonisan yang kedua mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari pihak Yusuf, sedangkan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari pihak Maria. Jadi, Yakub adalah ayah Yusuf (Mat 1:16), sedangkan Eli adalah ayah Maria (Luk 3:23).
Matan                   Matat
    ¯                        ¯
Yakub                   Eli
    ¯                        ¯
Yusuf    ----------    Maria
¯
             Yesus

Tetapi untuk mencapai / mendapatkan hal ini ada 2 penafsiran yang ditempuh tentang Luk 3:23 yang berbunyi: “Ketika Yesus memulai pekerjaanNya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.
1.   Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Luk 3:23 ditujukan kepada Yusuf, dan diartikan sebagai ‘menantu Eli’.
Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.
Menafsirkan kata ‘anak’ sebagai ‘menantu’ bukanlah merupakan sesuatu yang aneh, karena dalam Rut 1:11-13, Naomi juga menyebut kedua menantunya dengan sebutan ‘anak-anakku’ (NIV: ‘my daughters’).
2.   Kata-kata ‘anak Eli’ dalam Luk 3:23 ditujukan kepada ‘Ia’ (Yesus), dan diartikan sebagai ‘cucu Eli’.
Ia adalah anak Yusuf, anak Eli”.
Menafsirkan kata ‘anak’ sebagai ‘cucu’ juga bukan merupakan hal yang aneh, karena dalam Kitab Suci, istilah ‘anak’ sering menunjuk kepada ‘keturunan’, dan istilah ‘bapa / ibu’ sering menunjuk kepada ‘nenek moyang’. Bahwa hal seperti ini sering terjadi terlihat dari:
·        Kej 46:16-18 dimana ada 3 generasi yang dalam Kitab Suci Indonesia disebut sebagai ‘keturunan Zilpa’. Tetapi terjemahan yang hurufiahnya seharusnya adalah ‘sons of Zilpa’ (= anak-anak Zilpa).
·        2Taw 28:1 dimana Daud disebut sebagai ‘bapa leluhur’ Ahas.
NIV memberikan terjemahan hurufiah ‘David, his father’ (= Daud bapanya).
Disamping itu, ada dukungan sebagai berikut terhadap penafsiran ini: Kalau Luk 3:23-38 ini dilihat dalam bahasa Yunaninya, maka terlihat bahwa semua nama didahului oleh kata Yunani TOU (= of the), kecuali nama Yusuf.
Pulpit Commentary: “This absence of the article TOU certainly puts the name of Joseph in a special position in the series of names, and leads us to suppose that the genealogy is not that of Joseph, but of Heli. ... The twenty-third verse would then read thus: ‘And Jesus, ... (being as was supposed the son of Joseph),’ after which parenthesis the first link in the chain would be Jesus, the heir and grandson, and in that sense the son of Heli” [= Absennya kata TOU ini jelas menempatkan nama Yusuf dalam posisi yang khusus dalam deretan nama-nama itu, dan memimpin kami untuk menganggap bahwa silsilah itu bukanlah dari Yusuf, tetapi dari Eli. ... Jadi, ayat 23 seharusnya berbunyi: ‘Dan Yesus, ... (dianggap sebagai anak Yusuf)’, dan setelah tanda kurung maka mata rantai yang pertama dalam rantai itu adalah Yesus, pewaris dan cucu, dan dalam arti itu, anak Eli].

Beberapa terjemahan Luk 3:23 yang mendukung penafsiran ini:
Lenski: “And he himself Jesus when beginning was about thirty years old, being a son (as was supposed of Joseph) of Heli ...” [= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika sedang memulai berusia kira-kira 30 tahun, adalah anak (dianggap dari Yusuf) dari Eli ...].
Greijdanus: “And he himself, Jesus, when he began, was about thirty years old, being a son, as was supposed of Joseph, of Heli ...” (= Dan Ia sendiri, Yesus, ketika Ia mulai, berusia kira-kira 30 tahun, merupakan anak, dianggap dari Yusuf, dari Eli ...).
Berkeley Version: “Jesus Himself, supposedly Joseph’s son, began his ministry at about thirty, being a descendant of Heli ...” (= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, mulai pelayananNya pada usia kira-kira 30 tahun, adalah keturunan dari Heli ...).
William Hendriksen: “Now Jesus himself, supposedly Joseph’s son, was about thirty years old when he began (his ministry), being a son of Heli ...” [= Yesus sendiri, dianggap sebagai anak Yusuf, berusia kira-kira 30 tahun ketika Ia mulai (pelayananNya), adalah anak dari Eli ...].

Kalau dipertanyakan yang mana yang benar dari penjelasan-penjelasan ini, maka tentu saja tidak bisa dipastikan secara mutlak. Ini tidak perlu membuat kita kecewa atau kecil hati, karena sekalipun tidak bisa dipastikan secara mutlak, tetapi yang penting adalah bahwa kita sudah melihat adanya kemungkinan bahwa kedua bagian yang kelihatannya bertentangan itu ternyata bisa diharmoniskan sehingga tidak harus bertentangan!
John Murray: “Oftentimes, though we may not be able to demonstrate the harmo­ny of Scripture, we are able to show that there is no neces­sary contradiction” (= Seringkali, sekalipun kita tidak bisa menunjukkan keharmonisan Kitab Suci, kita bisa menunjukkan bahwa disana tidak harus terjadi kontradiksi) - ‘Collected Writings of John Murray’, vol I, hal 10.

Saya sendiri sangat condong pada penafsiran yang kedua karena:
a.  Dalam Luk 3:23, Lukas sudah mengatakan bahwa Yesus adalah anak Yusuf menurut anggapan orang. Jadi jelas bahwa ia berkata bahwa sebenarnya Yesus bukan anak Yusuf. Karena itu adalah sesuatu yang aneh kalau ia lalu memberikan silsilah Yesus melalui Yusuf. Jauh lebih cocok kalau ia memberikan silsilah Yesus melalui Maria.
b.   Matius menekankan Yesus sebagai Raja, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus dari sudut ‘ayah’Nya (adalah aneh kalau menuliskan silsilah seorang raja dari sudut ibunya), tetapi Lukas menekankan Yesus sebagai manusia, dan sebagai manusia, Yesus bukan anak Yusuf, tetapi anak Maria. Karena itu Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria.
c. Matius menceritakan peristiwa kelahiran Yesus dengan menyoroti Yusuf (baca Mat 1:18-2:23 - malaikat berulangkali datang kepada Yusuf); sedangkan Lukas menceritakan kelahiran Yesus dengan menyoroti Maria (baca Luk 1:26-38 - malaikat datang kepada Maria).
Karena itu sangat sesuai kalau dalam penulisan silsilah Yesus, Matius menuliskan silsilah dari pihak Yusuf, dan Lukas menuliskan silsilah dari pihak Maria.
d.  Matius menuliskan Injilnya untuk orang Yahudi, sehingga ia menuliskan silsilah Yesus hanya sampai Abraham, kepada siapa janji Tuhan tentang bangsa Israel pertama kali diberikan. Tetapi Lukas menulis untuk orang non Yahudi, dan karena itu ia meneruskan silsilah Yesus sampai kepada Adam, untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul termasuk dalam umat manusia, karena Ia juga adalah keturunan Adam.
Sekarang, kalau ternyata silsilah yang Lukas tuliskan itu adalah silsilah dari Yusuf, yang sebetulnya bukan bapa jasmani dari Yesus, maka semua ini sia-sia. Dengan silsilah ini ia tidak bisa menunjukkan bahwa Yesus betul-betul adalah keturunan Adam.

Memang ada keberatan terhadap penafsiran kedua ini, yaitu:
1.   Tidak ada orang yang membuat silsilah dari sudut ibunya.
Jawabnya: perlu diingat bahwa ini adalah kasus khusus, karena Yesus memang tidak punya bapa dunia / jasmani, jadi tidak aneh bahwa untuk Yesus lalu dibuatkan silsilah dari sudut ibuNya!
2.  Kalau memang Luk 3:23-38 adalah silsilah Yesus melalui Maria, mengapa nama Maria tidak ada dalam silsilah?
Jawabnya: mungkin Lukas tidak mau memasukkan nama perempuan, karena hal ini memang tidak lazim.

Ada satu pertanyaan lagi yang perlu dibahas tentang silsilah Yesus dalam Matius dan Lukas ini: mengapa Kitab Suci tidak secara jelas / terang-terangan saja mengatakan bahwa Matius menuliskan silsilah Yesus dari sudut Yusuf dan Lukas menuliskan silsilah Yesus dari sudut Maria?
Jawab: Dalam 2Pet 3:16b rasul Petrus berkata: “Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutar-balikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
Penjelasan:
·     Yang dimaksud dengan ‘surat-suratnya’ adalah surat-surat Paulus (lihat 2Pet 3:15).
·    Kata-kata ‘orang-orang yang tidak memahaminya’ diterjemahkan  ‘ignorant’ (= bodoh) oleh NIV dan ‘untaught’ (= tidak diajar) oleh NASB.
Ini tentu tidak menunjuk pada orang yang tidak mengerti firman tetapi rindu untuk mengerti, tetapi menunjuk kepada orang yang sekalipun tidak mengerti tetapi tidak mau belajar. Mungkin juga ini menunjuk kepada orang yang tidak mengerti Hermeneutics (= ilmu penafsiran Kitab Suci) tetapi sok pinter dalam menafsirkan Kitab Suci.
·     Kata-kata ‘yang tidak teguh imannya’ diterjemahkan ‘unstable people’ (= orang yang tidak stabil) oleh NIV dan ‘the unstable’ (= orang yang tidak stabil) oleh NASB. Jadi, kata ‘iman’ sebetulnya tidak ada, dan karena itu bagian ini bukan menunjuk kepada orang yang imannya lemah / kurang kuat, tetapi menunjuk kepada orang yang mudah berubah-ubah pandangannya (sebentar ikut agama A, sebentar ikut agama B, dst).
·     Kata-kata ‘tulisan-tulisan yang lain’ diterjemahkan ‘the other Scriptures’ (= Kitab Suci yang lain) oleh NIV dan ‘the rest of the Scriptures’ (= sisa Kitab Suci) oleh NASB, maksudnya adalah bagian-bagian Kitab Suci yang lain, selain tulisan Paulus.
·    Jadi, 2Pet 3:16 ini menunjukkan bahwa bagian-bagian yang sukar dalam Kitab Suci / tulisan Paulus itu ada supaya orang yang bodoh dan tidak mau belajar Kitab Suci dengan serius tersesat dan lalu binasa! Ini sejalan dengan Mat 13:10-15. Perhatikan khususnya Mat 13:11-12 yang berbunyi: “Jawab Yesus: Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya”.
Kata-kata ‘siapa yang mempunyai’ menunjuk kepada orang yang mempunyai keinginan mengerti Firman Tuhan. Orang-orang ini akan diberi pengertian yang berkelimpahan. Sedangkan kata-kata ‘siapa yang tidak mempunyai’ menunjuk kepada orang yang tidak mempunyai keinginan untuk mengerti Firman Tuhan. Mereka tidak akan diberi pengertian, sehingga akan tersesat.
Penerapan:
Karena itu, kalau saudara bukanlah seseorang yang ingin belajar Kitab Suci secara serius, saudara ada dalam bahaya! Kalau saudara maunya cuma mendengar khotbah yang penuh dengan lelucon dan cerita / kesaksian, saudara ada dalam bahaya! Karena itu ambillah keputusan untuk belajar Firman Tuhan secara serius, melalui Kebaktian, Pemahaman Alkitab, Camp / Retreat, Seminar, dan juga melalui buku-buku rohani. 

2)   Silsilah Yesus dalam Injil Matius tidak sesuai dengan cerita dalam kitab 2Raja-Raja.
a)   Mat 1:8 mengatakan bahwa ‘Yoram memperanakkan Uzia’.
Sedangkan dalam kitab 2Raja-Raja:
Yoram
      ¯
Ahazia (2Raja 8:24-25).
      ¯
Yoas (2Raja 11:2).
      ¯
Amazia (2Raja 14:1).
      ¯
Azarya (2Raja 15:1).
Keterangan: Uzia (bahasa Yunani) = Azarya (bahasa Ibrani).
Jadi, Matius meloncati 3 orang yaitu Ahazia, Yoas dan Amazia.
b)   Mat 1:11 mengatakan bahwa ‘Yosia memperanakkan Yekhonya’.
Sedangkan dalam kitab 2Raja-Raja:
Yosia
      ¯
Elyakim / Yoyakim (2Raja 23:34)
      ¯
Yoyakhin (2Raja 24:6)
Keterangan: Yekhonya (bahasa Yunani) = Yoyakhin (bahasa Ibrani).
Jadi, lagi-lagi Matius meloncati 1 orang, yaitu Elyakim / Yoyakim.

Sekalipun Matius meloncat-loncat, Matius tidak bisa dikatakan salah, karena di atas telah kita pelajari bahwa dalam Kitab Suci kata ‘memperanakkan’ bisa diterjemahkan ‘menurunkan’, dan kata ‘anak’ bisa diartikan ‘keturunan’.
Matius meloncat-loncat mungkin untuk mendapatkan Mat 1:17 - ‘ada 14 keturunan dari Abraham sampai Daud, ada 14 keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan 14 keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus’. Dengan demikian silsilah itu lebih mudah untuk diingat.

Sumber:
Alkitab
Pdt. Budi Asali (http://www.golgothaministry.org/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar