RENCANA ALLAH: la Melakukan dengan Cara-Nya

Apakah sejarah itu tidak beraturan atau bergerak menuju suatu tujuan? Jikalau menuju suatu tujuan, apa yang ada di balik tujuan itu? Orang-orang Kristen percaya bahwa Allah memiliki rencana dan mengarahkan sejarah menuju maksud-maksudNya. Tujuan utama-Nya adalah kemuliaan diri-Nya, dan la akan mencapai apa yang dikehendaki-Nya, bahkan menggunakan umat manusia sebagai alat-alat-Nya.

Alkitab mengatakan bahwa rencana Allah itu kekal. Paulus menuliskan "maksud abadi yang telah dilaksana-kan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Efesus 3:11). Ini berarti keputusan-keputusan Allah tidak dibuat sebagai respons terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang waktu. Keputusan-keputusan itu mungkin saja dilaksanakan di dalam sejarah manusia, tetapi keputusan-keputusan itu telah ditetapkan didalam kekekalan. Allah tidak menyerahkan kontrol terhadap alam semesta-Nya. la tidak membiarkan kita memulai, memaksa Dia untuk meresponi. Dialah Allah dan akan selalu menjadi Allah; kita bukan Allah dan tidak akan pernah menjadi Allah. Karena Allah sempurna dan lengkap, rencana-Nya bebas, tidak dipengaruhi oleh kebutuhan internal atau kekuatan eksternal. Yesaya 40:13-14 menanyakan, "Siapa yang dapat mengatur Roh TUHAN atau memberi petunjuk kepada-Nya sebagai penasihat? Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya la bertindak dengan pengertian?" Rencana-Nya meliputi segala sesuatu dan pasti tercapai. Allah menyatakan secara langsung, "Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terlaksana (Yesaya 14:24). la tidak akan menyerahkan takhta-Nya demi permintaan kita.

Bagaimana dengan misteri kemahakuasaan Allah dan keinginan kita? Peraturan Allah adalah total. la menghendaki apa yang diingini-Nya dan melaksanakannya tanpa gagal. Tetapi, kemauan kita membuat pilihan-pilihan nyata, dan kita bertanggung jawab atasnya. Allah tidak menyatakan bagaimana la memberi kita kebebasan, pilihan yang bertanggung jawab di dalam kemahakuasaan pemerintahan Allah, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa kedua sisi misteri itu memang nyata.

Seperti pertanyaan teologis mengenai ayam dan telur, isu sentralnya secara logis apakah yang pertama-tama: rencana Allah atau pilihan manusia. Bagaimana seseorang mendekati isu itu akan mendefinisikan perbedaan di antara dua sistem teologis yang dikenal sebagai Calvinisme dan Arminianisme. Penganut ajaran Calvin memulainya dengan rencana Allah. Keputusan manusia dan tingkah lakunya adalah konsekuensi dari rencana itu. Oleh sebab itu, rencana Allah tidak bergantung pada manusia. Pada sisi lain, penganut ajaran Arminian menempatkan kebebasan manusia di pusatnya. Keputusan Allah merupakan respons dari pengetahuan awal-Nya terhadap apa yang akan manusia pilih. Rencana Allah adalah respons terhadap inisiatif manusia. 

Sebagian solusi untuk paradoks besar ini dapat ditemukan melalui bagaimana kita memahami kebebasan manusia. Melalui pengujian yang lebih dalam, kita dapat menemukan bahwa keinginan kita mungkin tidak sebebas yang kita bayangkan. Tetapi, karena kita membuat keputusan-keputusan yang memang nyata, mungkin kita harus menyebutnya "keinginan operasional" dan bukan "kehendak bebas." Ya, saya bebas memilih apa yang saya inginkan, tetapi saya tidak menetapkan apa yang saya inginkan itu. Keturunan, lingkungan, dan pengalaman membentuk kesukaan-kesukaan saya jauh sebelum saya memilihnya. Jika faktor-faktor duniawi itu mempengaruhi apa yang saya inginkan, pasti Allah pun dapat lebih mempengaruhi saya. Jadi, tanpa menghambat kemampuan memilih saya, Allah dapat mempengaruhi kesukaan saya, membuat saya pasti memilih seperti yang dikehendaki-Nya, tanpa pernah melanggar kebebasan saya. Separadoks yang kelihatan, ini adalah suatu bagian lain dari misteri besar Allah. 

Karena rencana Allah muncul di dalam kekekalan, la tidak perah berhenti menyediakan dan menjagai kita. la tidak pernah dikejutkan oleh kekacauan yang kita perbuat dalam hidup kita ataupun tidak siap memenuhi kebutuhan kita. la mengetahui permasalahan-permasalahan kita dan memberikan solusinya jauh sebelum kita atau permasalahan kita itu muncul. Lebih lanjut, rencana-Nya tidak dapat digagalkan kesalahan manusia atau keterbatasannya, juga tidak dikembangkan oleh kepandaian dan usaha manusia. la sungguh-sungguh melakukan rencana itu dengan cara-Nya, dan saya dapat mempercayai rencana-Nya bagi saya.

Pustaka:
Alkitab, LAI.
Lima Menit Teologi, Rick Cornish (Bandung: Pionir Jaya, 2007), Hal. 107-110.