Apa Yang Dimaksud Dengan Pertobatan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, arti Pertobatan adalah sehubungan dengan hal "sadar dan menyesal akan dosa" namun arti lain dari pertobatan adalah “menerima Kristus” yang adalah suatu hal yang mencakup tindakan dari dua pihak – saudara dan Allah (Pola Hidup Kristen). Bisa dikatakan Pertobatan merupakan suatu proses yang berkesinambungan. Kita menjadi lebih terlibat dengan Yesus hari demi hari. Sesungguhnya, dalam pertobatan terdapat faset ini: (1) Kesadaran akan Kesalahan (2) Dukacita yang sungguh-sungguh yang menantikan pembersihan (3) Kerinduan yang baru akan Allah (4) Perubahan Tindakan (ini adalah tindakan Demonstrasi pertobatan yang paling kelihatan). ketidaksediaan untuk memuliakan Allah, seperti halnya wajah yang membatu, menandakan tidak adanya pertobatan (bd. Why. 16:9). Untuk mendapat gambaran tentang Pertobatan, maka sumber yang paling dikenal terdapat dalam Mazmur 51 yang memaparkan anatomi Jiwa dan Emosi si pendosa.

Tindakan inilah yang disebut sebagai awal mula menjadi orang Kristen. Pada waktu seseorang bertobat, ia oleh iman kepada Kristus (dengan menaruh seluruh kepercayaan dan bersandar padaNya, yakin dan sepenuhnya bergantung kepada-Nya), berbalik kepada Allah dan meninggalkan hidupnya yang terisolasi dan yang memberontak terhadap Allah (Ibr. 11:1, 6; Kis. 26:20).

Dosa menimbulkan: Keterasingan dari Allah, Pemberontakan terhadap penguasaanNya,Berbagai kegiatan, sikap dan tindakan yang dilakukan tanpa rasa hormat kepada Dia.

Allah meminta kita untuk menerima: Bimbingan dan pengaturanNya atas hidup kita, PandanganNya, Sumber kekuatanNya.

Saudara harus mengarahkan pikiran saudara: Menjauhi dosa, Menuju Allah.


Pustaka Utama:

Alkitab, LAI

Pola Hidup Kristen

Kamus Gambaran Alkitab

PANGGILAN UNTUK MENJADI SAKSI KRISTUS

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kis 1:8)

Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia (2Kor 3:3)

"Kamu inilah saksi-saksi-Ku," demikianlah firman TUHAN, "dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi (Yes 43:10)


Tuhan ingin agar setiap orang Kristen berperan menjadi seorang saksi. Tugas seorang saksi adalah memberi kesaksian atas apa yang dialami, dilihat, dan dirasakannya secara pribadi. la bukan menceritakan pengalaman orang lain. la bukan seorang reporter! Roh Kudus dicurahkan kepada para rasul dengan maksud agar mereka memperoleh kuasa untuk menjadi SAKSI (Kis. 1:8). Saksi tidak sama dengan "bersaksi". Banyak orang Kristen pandai bersaksi tetapi tidak menjadikan hidupnya sebagai "saksi". Saksi adalah orang, sedangkan bersaksi adalah perbuatan. Kuasa Roh Kudus dimaksudkan agar kita sebagai individu menjadi saksi melalui kehidupan, bukan dengan kata-kata belaka. Menjadi saksi berarti kita memperlihatkan kehidupan kekristenan yang benar dan menjadi berkat bagi komunitas di mana kita berada. Orang-orang dapat melihat kehidupan Kristus nyata dalam kehidupan kita. Ucapan, pernyataan, dan tindakan kita mencerminkan karakter dan kasih Kristus. Tidak ada perbedaan antara perkataan dengan perbuatan, sikap, dan perilaku kita. 


Selain kehidupan kekristenan yang memiliki integritas, karakter, dan kasih Kristus, seorang saksi juga pasti akan bersaksi kepada orang-orang di sekitarnya mengenai apa yang dialaminya sebagai orang percaya, sehingga orang-orang boleh mengenal Kristus. Seorang saksi Kristus pasti senang membagikan kesaksian pengalaman hidupnya kepada orang-orang. la pasti akan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk  bersaksi, yaitu membagikan pengalamannya bersama dengan Kristus. Menjadi saksi berarti iman, nilai-nilai, dan kebenaran Kristus tidak disembunyikan, tetapi justru dinyatakan melalui perbuatan, perkataan, sikap, cara berpikir, dan keputusan kita (Mat. 5:14-16). Yusuf adalah seorang saksi yang memperlihatkan nilai-nilai dan imannya sekalipun bekerja sebagai budak di rumah Potifar atau sebagai tawanan di dalam penjara.

Pustaka Utama:
1. Alkitab, LAI
2. Menjadi Murid Yang Menerobos

DISELAMATKAN UNTUK MELAYANI TUHAN

Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 
(Ef 4:11-12)
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.  Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin 
(1Pt 4:10 -11)

Ketika kita menjadi percaya kepada Kristus, maka kita memperoleh keselamatan. Keselamatan ini harus tetap dan terus “dipelihara dan dipertahankan”. Salah satu caranya adalah dengan terlibat di dalam pelayanan. Orang Kristen didorong untuk melayani sesuai dengan karunianya masing-masing (Rm. 12:7-8), sehingga dapat bertumbuh dan membangun dirinya sendiri di dalam kasih (Ef. 4:16). Tuhan Yesus datang ke dunia untuk melayani, bukan dilayani (Mat. 20:28). Itulah sebabnya kita harus mengikuti teladan-Nya. Sebagai orang Kristen, kita melayani kepada Tuhan (Kis. 20:19), kepada orang-orang percaya (1Kor. 16:15), dan kepada mereka yang belum percaya (Mat. 5:13). Kita melayani Tuhan ketika kita melakukan kehendak-Nya di atas bumi dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh. 4:34). Kita melayani orang-orang percaya ketika kita membuat mereka menjadi semakin kuat, mandiri, dan dewasa di dalam Kristus. Kita melayani orang-orang yang belum percaya ketika kita menjadi saksi (terang dan garam) dan membawa perubahan dan perbaikan komunitas. 

Setiap orang Kristen harus memahami mengapa ia perlu melayani. Pertama, kita diciptakan untuk melayani (Ef. 2:10). Kedua, kita diselamatkan untuk melayani (2Tim. 1:9). Ketiga, kita dipanggil untuk melayani (Gal. 1:15). Keempat, kita diberi karunia yang berbeda untuk melayani dan melengkapi (Rm. 12:7-8; 1Ptr. 4:10). Kelima, kita diperlengkapi [diajar dan dilatih] untuk melayani (Ef. 4:11-12). Keenam, kita akan bertumbuh dan membangun diri dalam kasih (Ef. 4:11-12). Ketujuh, kita melayani karena harus memberi pertanggung jawaban kepada Allah (Rm.14:12). Kedelapan, kita akan memperoleh berkat dari pelayanan tersebut (Kol. 3:23).

Pustaka:
1. Alkitab, LAI
2. Menjadi Murid Yang Menerobos

TAKUT AKAN TUHAN

Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu (Ulg 10:12-13)

Takut akan Tuhan merupakan unsur penting dalam kehidupan orang Kristen. Tanpa rasa takut akan Tuhan, orang Kristen cenderung berpikir, berkata, dan berbuat sesuka hatinya sendiri. Rasa takut akan Tuhan bukanlah rasa takut yang biasa dialami oleh kebanyakan orang. Rasa takut akan Tuhan juga tidak didasari oleh karena takut mengalami hukuman atau takut masuk neraka. Rasa takut seperti ini tidak didasarkan pada kasih kepadaTuhan. Jadi, apakah yang dimaksud dengan takut akan Tuhan? Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang percaya yang tidak mau mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan, dan tindakannya, sebagai ekspresi kasihnya kepada-Nya. Oleh karena itu, orang percaya yang takut akan Tuhan akan menjauhi kejahatan dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau peraturan (hukum). Orang-orang yang takut akan Tuhan disebut sebagai orang yang "berbahagia" (Mzm.112:1; 128:1). Itu sebabnya, di dalam rumah tangga orang yang takut akan Tuhan selalu ada kebahagiaan. 

Ada beberapa hal yang akan didapatkan oleh orang-orang yang takut akanTuhan. Pertama, hikmat ([Mzm. 110:1). Hikmat adalah pikiran dan jalan Tuhan dalam membedakan, menyelesaikan, dan menjawab perkara-perkara natural. Kedua, pengetahuan (Ams. 1:7). Pengetahuan adalah informasi dan pengertian yang berasal dari Tuhan, sehingga kita dapat memahami kehidupan ini dengan mudah. Ketiga, umur panjang (Ams. 10:27). Keempat, ketenteraman (Ams. 14:26). Kelima, dilimpahi dengan kebaikan-Nya (Mzm. 31:20). Keenam, diperhatikan oleh Tuhan (Mzm. 33:18). Ketujuh, hidup berkecukupan (Mzm. 34:10). Kedelapan, perlindungan dan keselamatan (Mzm. 85:10). Kesembilan, memperoleh berkat-Nya (Mzm. 111:5). Kesepuluh, doa dan permohonannya didengar dan dijawab Tuhan (Mzm. 145:19).

Pustaka:
1. Alkitab, LAI
2. Menjadi Murid Yang Menerobos

ORANG KRISTEN PENONTON

Maka berkumpullah segenap umat Israel di Silo, lalu mereka menempatkan Kemah Pertemuan di sana, karena negeri itu telah takluk kepada mereka. Pada waktu itu masih tinggal tujuh suku di antara orang Israel, yang belum mendapat bagian milik pusaka. Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: "Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu? (Yos 18:1-3)
Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit (Yoh 6:2)

Sekalipun seorang penonton terlihat aktif terlibat dengan apa yang ditontonnya, sebenarnya ia tidak memberikan kontribusi apa pun, kecuali tiket yang dibayarnya. Ia terlibat dengan apa yang ditontonnya hanya untuk memuaskan jiwa dan egonya saja; tidak lebih dari itu. la tidak memberikan kontribusi yang positif. Sebaliknya, ia sering melontarkan kritikan, komentar, keluhan, dan teriakan. Ketika Raja Herodes melihat Yesus, ia sangat girang karena berharap dapat melihat Yesus mengadakan suatu mukjizat (Luk. 23:8). Namun, karena apa yang diharapkannya tidak diperoleh, Herodes berbalik menjadi seorang yang menista dan mengolok-olok Dia (Luk. 23:11). Inilah bahayanya bagi seseorang yang hanya ingin melihat Yesus atau sekadar menjadi penonton tanpa ingin mengenal-Nya secara pribadi! Ketika Yesus berangkat ke Galilea, orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia karena mereka melihat mukjizat-mukjizat penyembuhan yang diadakan-Nya (Yoh. 6:2). Banyak orang Kristen yang mengikuti Yesus hanya sekadar ingin melihat, menonton mukjizat, seperti halnya dengan Raja Herodes. Akibatnya, mereka tidak mengalami Kristus dan tetap menjadi kanak-kanak dalam iman dan kerohaniannya. Mereka ingin menjadikan Yesus sebagai raja secara paksa bukan karena mereka melihat-Nya sebagai raja, tetapi melihat-Nya sebagai orang yang dapat memenuhi kebutuhan mereka (Yoh. 6:14-15). 

Orang-orang Kristen yang hanya menjadi penonton akan menjadi pasif dan tidak bergairah dalam kerohaniannya. Mereka hanya ingin dipuaskan, dilayani, dihibur, dan diperhatikan. Pada waktu ada hal-hal yang kurang menyenangkan bagi mereka, mereka segera melontarkan komentar, persungutan, kritikan, dan bahkan olokan! Mereka bukan menjadi pihak yang memperbaiki kekurangan, tetapi menjadi pihak yang justru memperbesar kekurangan. Orang-orang Kristen penonton kurang begitu peduli dengan kedewasaan iman dan rohani. Mereka lebih tertarik pada apa yang dapat mereka peroleh dari ibadah yang dihadirinya. Mereka tidak mau terlibat dalam pelayanan, namun banyak memberikan kritikan dan komentar. Mereka menjadi jemaat yang pasif, ingin dilayani, tumpul, dan menghambat pertumbuhan.

Pustaka:
1. Alkitab, LAI
2. Menjadi Murid Yang Menerobos

JANGAN MENJADI ORANG LAMBAN DAN MALAS

Ams 10:4 Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya. 
Ams 19:15  Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar. 
Mat 5:41  Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. 

Salah satu hal yang membedakan orang berhasil dari orang gagal adalah kerajinan dan kecepatan bertindak. Kelambanan dan kemalasan merupakan penyebab dari banyak kegagalan. Orang yang malas dapat dikategorikan sebagai seorang perusak (Ams. 18:9). Inilah yang merusak kehidupan rumah tangga, perusahaan, pelayanan, dan gereja, serta pemerintahan. Orang yang lamban dan malas tidak menyukai tantangan, apalagi kerja keras. Mereka lebih menyukai pilihan-pilihan gampang. Mereka tidak pernah mempersiapkandiri dengan baik untuk menghadapi tantangan dan persoalan yang lebih berat dan rumit di masa yang akan datang. Mereka sering menunda-nunda pekerjaan atau tugas. Prinsip hidup mereka: "Kalau bisa diselesaikan besok, mengapa harus diselesaikan hari ini?" Itulah sebabnya pekerjaan menjadi bertumpuk dan tidak dapat diselesaikan dengan baik (Ams. 24:30-31). Seorang yang lamban dan pemalas selalu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk berprestasi. Orang yang menerima satu talenta menyia-nyiakan kesempatan dari Tuhan untuk berprestasi. Tuhan menyebut orang ini sebagai hamba yang malas dan jahat (Mat. 25:26). Dengan demikian, kemalasan dapat dikategorikan sebagai kejahatan! Orang yang lamban dan malas akan merugikan banyak pihak. la tidak dapat menjalankan perintah dengan baik (Ams. 10:26). la menjadi pagar duri yang menghalangi orang-orang yang ingin bergerak cepat (Ams. 15:19). 

Bagaimana agar kita dapat mengalahkan kelambanan dan kemalasan? Pertama, hidup disiplin. Kita harus melatih tubuh kita (1Kor. 9:27). Belajar bangun lebih pagi, menggunakan waktu seefisien dan seefektif mungkin (Ef. 5:15-16) dan berolah raga secara rutin. Kedua, jangan suka menunda-nunda tugas. Kita harus belajar memberikan respons sesegera mungkin sehingga pekerjaan tidak menjadi bertumpuk. Ketiga, kerja keras. Siapa yang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (2Tes. 3:10). Kerja keras merupakan faktor penting penentu keberhasilan (Ams. 12:24). Keempat, berjalan pada mil berikutnya (Mat. 5:41). Kita harus membiasakan diri bekerja di atas rata-rata atau bekerja untuk mencapai keunggulan.

Pustaka:
1. Alkitab, LAI
2. Menjadi Murid Yang Menerobos

PENTINGNYA MENGUASAI DIRI

  • Ams 16:32  Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. 
  • Tit 2:6  Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal 
  • 2Pt 1:6  dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 
  • Gal 5:23  kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. 
Salah satu aspek dari buah Roh adalah penguasaan diri (Gal. 5:23), dan hal ini pun diajarkan oleh Rasul Paulus (Kis. 24:25). Orang yang dapat mengendalikan diri melebihi seseorang yang merebut kota (Ams. 16:32), dan ia yang tidak dapat mengendalikan dirinya seperti sebuah kota yang roboh temboknya dan menjadi mudah diserang musuh (Ams. 25:28). Pengendalian diri adalah kemampuan ilahi yang diberikan Tuhan kepada orang percaya, dan ini merupakan ketetapan hati serta pikiran untuk menahan dan mengendalikan dirinya agar ia bereaksi, berbicara, berpikir, dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah. Tidak adanya pengendalian diri akan membawa kehidupan keluarga, perusahaan, pelayanan, dan sebagainya kepada kehancuran. 

Apa saja yang harus kita kendalikan? Pertama, kemarahan atau emosi (Ams. 29:22; 21:19). Emosi yang tidak terkendalikan menimbulkan pertengkaran dan perkelahian dan tidak jarang berakhir dengan perusakan dan pembunuhan. Kedua, keinginan mata (Pkh. 2:10). Apabila keinginan mata tidak dikendalikan, kita akan hidup boros dan tidak bijaksana. Ketiga, penggunaan uang (2Raj. 4:1). Apabila kita tidak dapat mengendalikan diri dalam pemakaian uang, kita akan terbelenggu dalam jerat hutang dan berakhir dalam persoalan keuangan. Keempat, mulut (Yak. 3:2-3). Apabila kita dapat mengendalikan mulut, kita akan dapat mengendalikan seluruh tubuh kita. Kelima, sikap dan reaksi. Keenam, pikiran (Rm. 13:2-3). Ketujuh, hawa nafsu. Nafsu yang tidak terkendali dapat berakhir dengan perbuatan dosa. Kedelapan, hobi atau kesenangan. Banyak orang percaya yang tidak dapat mengendalikan dirinya terhadap hobi atau kesenangannya. Ini dapat berubah menjadi berhala. Kesembilan, menonton televisi, baik program dari siaran TV maupun DVD atau VCD. Menonton terlalu lama dan terlalu sering akan menghabiskan banyak waktu, sehingga tidak memiliki cukup waktu lagi untuk berdoa dan mempelajari firman-Nya. Kesepuluh, investasi yang ekspansif. Bagi seorang pengusaha, pengendalian diri dalam melakukan investasi sangat penting. Banyak pengusaha yang mengalami kehancuran bisnis karena terlalu agresif dan ekspansif dalam mengembangkan investasi dan usahanya. 

Bagaimana kita dapat mengendalikan diri? Pertama, kita harus menambah iman dengan kebajikan (takut akan Tuhan), dan kebajikan dengan pengetahuan (pengetahuan yang progresif dan masa kini), setelah itu baru kita dapat sampai kepada penguasan diri (2Ptr. 1:5-6). Kedua, merenungkan dan menghidupi firman-Nya (Mzm.1:1-3). Firman Tuhan bukan hanya untuk dibaca saja, tetapi harus direnungkan dan dipraktikkan. Ketiga, membangun manusia roh kita dengan terus melatih roh kita melalui doa, penyembahan, puasa, dan firman. Keempat, hidup dalam kasih karunia-Nya.

Pustaka:
1. Alkitab, LAI
2. Menjadi Murid Yang Menerobos

KEPERCAYAAN TOTAL

Sejumlah orang menganggap beriman sebagai tidak mempercayai apapun, mengharapkan sesuatu yang muluk atau apa yang mereka sebut “iman yang buta”. Bagaimanapun kekristenan tidak memberi tempat bagi iman yang buta, sebab iman dibangun di atas bukit yang solid dan alasan yang kuat. Petrus menyinggung issu ini di dalam 2Petrus 1:16, “sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.” Laporan adanya saksi mata bukan penunjuk iman yang buta.

Topic iman memunculkan tiga pertanyaan besar. Pertama, apakah iman yang menyelamatkan? Issu ini tidak sederhana karena Yakobus 2:14 menggambarkan sejenis iman yang tidak menyelamatkan. “apakah gunanya …jika seorang mengatakan bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?” Para Reformator memberikan cirri-ciri tiga rumusan iman yang menyelamatkan: (1) Pengetahuan Alkitab. Iman yang menyelamatkan bukanlah beriman dalam kehampaan, melainkan iman yang mengacu pada pribadi dan karya Kristus. Orang harus mengetahui fakta ini untuk dapat diselamatkan. (2) Persetujuan terhadap fakta-fakta itu. Jika seseorang mengetahui informasi itu tetapi menganggapnya salah, jelas sekali ia tidak memiliki iman yang menyelamatkan. (3) Keyakinan pribadi terhadap fakta-fakta itu. Saya bersandar dan bergantung pada kematian Yesus untuk membayar hukuman dosa saya. Iman yang menyelamatkan memiliki tiga unsur – pengetahuan, persetujuan, dan keyakinan.

Pertanyaan besar kedua adalah, apakah hubungan antara iman dan pemikiran? Sejarah Gereja memperlihatkan tiga pendirian: (1) Pemikiran mendahului iman. Keseluruhan intelek penting di dalam pandangan ini, dan iman merupakan bagian dari fungsi pemikiran. (2) Iman dan pemikiran saling bertolak belakang. Iman diutamakan, dan pemikiran ditempatkan sebagai musuh yang harus ditaklukkan iman. (3) Iman mendahului dan memungkinkan pemikiran. Dengan kata lain, iman dan pemikiran sama-sama penting dan berjalan bersama-sama. Pandangan ketiga ini sangat sesuai dengan Alkitab, yang menggambarkan iman dan pemikiran sebagai suatu kesatuan seutuhnya pada diri seseorang. Allah menciptakan kita dengan pemikiran rasional untuk memproses informasi yang dinyatakan-Nya. Respons iman kita terintegrasi dengan informasi yang diproses pemikiran kita.

Pertanyaan besar ketiga adalah, apakah hubungan antara iman dan perbuatan? Paulus menyinggung issu ini dengan tegas: “sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah – itu bukan hasil pekerjaanmu” (Efesus 2:8-9). Allah membenarkan berdasarkan pelimpahan kebenaran Kristus kepada kita, yang kita terima dengan iman dan bukan diperoleh melalui perbuatan-perbuatan kita (2Korintus 5:21; Roma 3:20,24; 4:3).

Beberapa kesimpulan menyatakan pembenaran karena iman, yang melepaskannya dari perbuatan, menunjukkan bahwa perbuatan tidak dipentingkan. Tetapi Alkitab mengatakan sebaliknya: “Karena kita ini…buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik” (Efesus 2:10). Iman yang benar dan yang menyelamatkan selalu menghasilkan perbuatan, merupakan petunjuk bahwa pengakuan iman kita nyata (Yakobus 2:14-26). Oleh sebab itu, perbuatan diberi tempat. Persoalannya adalah mengenai waktu – Perbuatan itu mengikuti dan tidak mendahului keselamatan, membuktikan bahwa iman kita itu murni.

Allah tidak menutup mata terhadap perbuatan-perbuatan kita pasca-keselamatan. Ia menjanjikan upah kita di surga (Filipi 3:12-14; 2Timotius 4:7-8). Dengan demikian, orang-orang kristen harus mendemontrasikan iman melalui perbuatan-perbuatan, sebab di surga telah disediakan upah bagi kita dan kemuliaan kekal Allah. Iman kristen tidaklah buta atau membuat kita malas, tetapi berkarya dan berbuah untuk kemuliaan Tuhan.

Pustaka:
1.
1. Lima Menit Teologi, Rick Cornish, (Bandung: Pionir Jaya, 2007), hal. 217-219.
2. Alkitab (LAI, 2007)