Pernyataan Evolusionisme Tentang Umur Bumi

Umur Bumi 4,6 milyar tahun.
Apa pandangan ini benar?
Evolusionisme mengatakan umur bumi sekitar 4,6 milyar tahun.  Hal ini diperoleh melalui penelitian ilmiah umur lapisan tanah, fosil-fosil dan  berdasarkan kecepatan degradasi radioisotop. Morris, seperti dikutip oleh Panjaitan mencoba menyusun 50 metode penghitungan umur bumi. (1) Dari tabel tersebut terlihat dengan jelas hasil yang terlalu bervariasi, mulai dari ratusan tahun sampai ribuan juta tahun. Penelitian ini didasarkan pada pandangan uniformitarianisme, yaitu merupakan paham yang pada mulanya berbicara mengenai teori asal mula dimana penciptaan terjadi melalui suatu proses yang berlangsung sampai sekarang dan ini merupakan penjelasan yang memadai untuk menjelaskan seluruh perubahan geologi. (2) Pandangan ini menjelaskan bahwa sampai saat ini hukum-hukum alamiah dan proses-prosesnya tidak pernah diganggu oleh campur tangan Allah secara supranatural sehingga mengakibatkan kerusakan total terhadap bumi. Oleh karena tidak pernah terjadi inkonsistensi hukum alam dalam sejarah di masa lampau, maka tidak ada alasan untuk takut akan terjadi inkonsistensi hukum alam pada masa yang akan datang. (3) Beberapa di antara metoda evolusionis yang mengatakan umur bumi tua di antaranya sebagai berikut:
1. Kecepatan Pendinginan Bumi
Upaya yang pertama untuk mengukur umur bumi dari kecepatan pendinginan bumi diberikan oleh seorang ilmuwan yang terkenal yaitu Newton.  Dengan asumsi keadaan awal bumi sebagai benda yang seluruhnya panas seperti matahari.  Dengan asumsi itu, beliau menghitung waktu yang diperlukan untuk bumi ini mendingin sampai suhu sekarang secara teori.  Melalui penghitungan tersebut, beliau memastikan umur bumi 50.000 tahun.
G. Buffon yang mengikuti teori Newton juga menghitung umur bumi dengan asumsi dan metoda yang sama. Buffon memikirkan bahwa ketika sebuah bintang berekor melewati matahari di tempat yang berjarak cukup dekat, interaksi gaya gravitasinya mengambil sebagian materi dari matahari dan kemudian bagian yang terpisah itu menjadi bumi.  Dengan demikian maka bumi mempunyai keadaan awal  yang sama dengan matahari.  Dengan berulang kali melakukan percobaan untuk  mengukur kecepatan pendinginan suhu dengan mempergunakan bermacam-macam bola yang jari-jarinya berbeda dan yang mempunyai keadaan awal panas putih. Beliau menghitung waktu yang diperlukan sampai dia dapat menyentuh bola itu secara langsung dengan tangannya. Berbagai bola diuji dan hasil percobaan itu diekstrapolasikan sampai ukuran bumi, sehingga mendapatkan umur bumi 74.832 tahun.
Setelah G.Buffon, salah seorang ahli fisika yang terkenal yang berasal dari Inggris, Lord Kelvin (Nama aslinya William Thomson, 1824-1927) menghitung umur bumi dengan asumsi bahwa mula-mula bumi ini berbentuk bola api yang suhunya identik baik di atas permukaan bumi maupun di dalamnya. Melalui penghitungan ini, Kelvin meyakini umur bumi antara 25 juta tahun sampai 100 juta tahun.
Kelemahan metode penelitian di atas terletak pada persyaratan atau asumsi yang tidak jelas.  Karena ketidakjelasan asumsi, walaupun cara ini dianggap baik secara ilmiah, maka hasilnya tidak dapat diterima sebagai yang benar.

2. Berdasarkan Konsentrasi Garam di dalam Air Laut
Penghitungan umur bumi berdasarkan konsentrasi garam di dalam air laut didasarkan pada asumsi bahwa mula-mula air laut bersifat air tawar.  Orang yang mengemukakan metoda ini adalah Edmund Halley (1656-1722) yang lebih dikenal dengan penemuan bintang berekor yang bernama ’Halley’.  Pada waktu beliau mengemukakan prinsip itu, karena belum ada data yang tepat maka umur bumi belum dapat dihitung. Selanjutnya Daniel Livingstone menghitung umur lautan dari informasi tentang masuk dan keluarnya ion Natrium.  Jumlah Natrium yang terlarut di dalam lautan diestimasikan 1,41×1016 ton. Kalau konsentrasi garamnya lebih dari banyaknya garam yang terdapat dalam bentuk ion di dalam laut, sebagian besar ion itu dapat tenggelam dan terbentuk/tertimbun dalam bentuk garam di bawah laut.  Timbunan garam itu dapat dikembalikan ke daratan melalui gerak tanah bumi dan sebagian menjadi batu garam.  Semua garam tersebut jumlahnya diestimasikan 2,76×1016 ton sedangkan garam yang masuk ke dalam laut pertahun 2,39×108 ton.  Jadi Livingstone memperkirakan umur bumi sekitar 100 juta tahun. Tetapi pada waktu itu, ternyata umur batu yang paling lama dikenal sebagai umur batu Kambrian adalah berumur 500 juta tahun.  Oleh karena itu, Livingston menghitung umur laut sekali lagi dengan asumsi bahwa banyak garam yang dikembalikan dari laut ke darat oleh kabut laut dan ekspansi tanah di bawah laut, akhirnya dia memperoleh umur laut 500 juta tahun.
Namun, cara yang demikian mendapat masalah yang fundamental yaitu seandainya bumi ini mempunyai jumlah Natrium 27.6×1015 ton dan mula-mula lautan di bumi merupakan air tawar, semua natrium itu terdapat di atas daratan.  Kalau kita menghitung jumlah Natrium itu sebagai banyaknya garam, garam itu menutupi seluruh bumi setebal lebih dari 200 m.  Jikalau banyaknya garam yang masuk ke dalam laut diletakkan di atas daratan maka tebalnya bisa mencapai 700 m.  Artinya daratan harus merupakan tanah garam.  Dengan demikian, pasti asumsi bahwa mula-mula air laut adalah air tawar itu salah.

3. Berdasarkan Carbon C-14
Metode C-14 radioaktif merupakan satu-satunya cara yang sedang digunakan secara ilmiah selain cara sejarah atau arkeologi untuk menghitung umur bumi.  Prof. Williard F. Libby yang menemukan metode ini telah mendapatkan hadiah Nobel. Metode tersebut berdasarkan beberapa asumsi.  
Yang pertama, sinar kosmik menumbuk N-14, sehingga C-14 terbentuk dari interaksinya.  Yang kedua, C-14 yang terbentuk tertimbun di dalam makhluk hidup melalui pernafasan hewan dan/atau fotosintesis tumbuhan.  Yang ketiga, jika makhluk hidup yang telah mengandung C-14 mati, maka proses penimbunan C-14 itu berhenti dan C-14 akan mengalami proses penghancuran.  Yang keempat, banyaknya C-14 yang ada di dalam makhluk hidup pada zaman sekarang sama dengan makhluk hidup pada zaman dahulu.  Yang kelima, waktu paruh C-14 itu dianggap stabil, sehingga waktu paruh 5.700 tahun untuk C-14 dapat diterima sebagai konstanta.  Jika beberapa asumsi ini dapat diterima, maka kita dapat menghitung umur hidup sampai 80 ribu tahun.
Metode ini mengandung beberapa kesalahan.  Yang pertama, apakah sinar kosmik dapat menghasilkan C-14 yang banyaknya tetap konstan baik pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang?  Yang kedua, apakah waktu paruh C-14 itu telah diukur dengan teliti?  Yang ketiga, apakah kecepatan penghancuran C-14 itu dapat dianggap konstan terhadap waktu?  Yang keempat, apakah tidak ada kontaminasi bahan uji?  Yang kelima, apakah kita dapat menganggap banyaknya N-14 dalam udara itu sebagai konstanta, yaitu tidak tergantung pada zaman tertentu?  Yang keenam, apakah hasil C-14 itu selalu memberikan hasil yang sama? Pada prinsipnya, cara C-14 itu dapat diterima sebagai cara yang benar, namun karena adanya asumsi-asumsi yang tidak dapat ditentukan maka metoda C-14 dianggap mempunyai masalah.

4. Berdasarkan Radioisotop
Salah satu metode penghitungan umur bumi berdasarkan Radioisotop adalah metoda K-Ar, Th-Pb, Rb-Sr. Dengan menggunakan metode K-40/Ar-40 dan U-238/Pb-206 (kedua metode ini dianggap dapat dipakai untuk mengukur umur sampai dengan 3 milyar tahun), batuan cair (lava) yang terbentuk dari letusan gunung api di Hawai pada sekitar 200 tahun yang lalu dan beberapa batu cair lain diujicoba dengan teliti. Umur batu itu terhitung sampai beberapa milyar tahun. Dengan metoda U-238/Pb-206 dan Th-232/Pb-206, umur bumi dihitung 2 juta tahun sampai dengan 28 milyar tahun.
Metode ini memiliki kelemahan karena menggunakan asumsi-asumsi yang hampir sama dengan asumsi-asumsi metode C-14 sehingga metoda ini tidak dapat terhindar dari kesalahan yang besar.
Jadi, setelah memperhatikan berbagai metode penghitungan umur bumi di atas dan berbagai metode lainnya yang terus berkembang maka dapat diambil kesimpulan bahwa metode penghitungan umur bumi dan hasilnya seperti yang dipaparkan di atas adalah tidak tepat. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal:
  1. Metode sedimetansi dan desintegrasi radioaktif. Adanya anggapan bahwa sedimetansi dan desintegrasi radioaktif berlangsung dengan kecepatan konstan sepanjang sejarah bumi.[4] Hal ini tidak tepat, misalnya telah diketahui sepasang kaus tangan yang dibiarkan dalam suatu sumur yang banyak mata airnya di Knaresborough di Yorkshire telah berubah menjadi batu dalam waktu beberapa hari saja karena pesatnya proses pengendapan. Sementara ada tempat-tempat lain yang memerlukan ratusan tahun untuk menghasilkan sedimentasi seperti itu.
  2. Metode fosil. Jikalau kebanyakan fosil yang ditemukan terbentuk sebagai akibat bencana alam seperti air bah Nuh, maka sistem  umur bumi yang berdasarkan ’teori proses berulang’ tidak berarti sama sekali.
  3. Metode radioisotop. Kelemahannya adalah tidak dapat diketahui dengan pasti berapa prosen banyaknya atom yang berada di antara atom induk dan atom anak pada mulanya.
  4. Metode C-14. Para evolusionis menganggap bahwa radiasi kosmik sepanjang masa adalah uniform. Sedangkan cendekiawan kreasionis menegaskan bahwa radiasi kosmik tidak selamanya uniform, karena pernah tiba-tiba bertambah ketika uap air di cakrawala yang meliputi bumi gugur pada waktu air bah Nuh.[5]
  5. Air Bah Nuh. Banjir Nuh yang meliputi seluruh muka bumi telah memusnahkan permukaan bumi secara mendadak atau yang dikenal dengan Kathastropisme. Pandangan Kathastropisme adalah suatu paham yang percaya bahwa perubahan yang terjadi di dalam dunia ini secara umum disebabkan oleh kekuatan fisik yang terjadi dengan tiba-tiba (suddenly by physical forces).[6] Pandangan ini sendiri berdasar pada penafsiran literal dan historikal dari catatan Alkitab.  Implikasinya terhadap penghitungan umur bumi, umur bumi tidak dapat dihitung secara akurat karena permukaan bumi yang pada mulanya itu telah musnah.
KESIMPULAN:
Karena semua Penelitian Evolusinisme juga masih sebatas kajian yg belum ada kesimpulan yang pasti, maka menurut saya, ALKITAB adalah benar, dan jika sekarang kita belum tahu, bukan karena ALKITAB salah tetapi karena memang kemampuan kita belum sampai ke taraf pengertian tentang usia bumi yang sebenarnya.


    PUSTAKA
    [1] Lht. Canadian Z. Panjaitan, Sains, Teknologi dan Alkitab (Bandung: Yayasan Pustaka Wina, 2000) 99-100 Sebagaimana dikutip dari Henry M. Morris, The Scientific Case for Creation (San Diego, CA: Master, 1977).
    [2] Donald W. Patten, The Biblical Flood and The Ice Epoch (Seattle: Pacific Meridian, 1966) 7.
    [3] Rachmiati Suriadjaja, Problema Kitab Kejadian (Malang: SAAT, 1985) 108.
    [4] Enoch, Evolusi atau Penciptaan (Bandung: Kalam Hidup, 1976) 23
    [5] Ibid. 25
    [6] Donald, The Biblical 7.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar