Pemahaman Mengenai PREDESTINASI

Tidak banyak doctrin yang banyak mengundang begitu banyak perdebatan seperti halnya doctrin predestinasi. Predestinasi merupakan doctrin yang sulit, yang menuntut penanganan yang sangat hati-hati dan teliti. Doctrin ini merupakan doctrin yang Alkitabiah, oleh karena itu, harus ditangani. Kita tidak boleh menghindarinya.

Pada dasarnya semua Gereja Kristen memiliki semacam doctrin Predestinasi. Hal ini tidak dapat dihindari, oleh karena konsep itu secara eksplisit dapat ditemukan di dalam Firman Tuhan. Sehubungan dengan arti Predestinasi, Gereja-gereja memang tidak sepakat satu dengan yang lain, kadang-kadang ketidaksepakatan itu sangat tajam. Pandangan Metodis berbeda dengan pandangan Lutheran, dan keduanya tidak memiliki kesepakan dengan Presbiterian. Meskipun pandangan mereka berbeda satu dengan lain, setiap pandangan telah berusaha untuk menangani masalah yang sukar ini.

Arti mendasar dari Predestinasi berkaitan dengan tujuan akhir kita, yaitu surga atau neraka. Tujuan akhir ini ditentukan oleh Allah bukan saja sebelum kita akan sampai ke sana tetapi sebelum kita dilahirkan. Doctrin ini mengajarkan bahwa tujuan akhir kita ada di dalam tangan Allah. Dengan kata lain: dari sejak kekekalan, bahkan sebelum kita ada, Allah memutuskan untuk menyelamatkan beberapa anggota dari umat manusia dan membiarkan sisanya untuk binasa. Allah telah membuat pilihan-Nya. Dia memilih beberapa pribadi untuk diselamatkan ke dalam surga yang kekal dan yang lain Dia pilih untuk dilewatkan, dan mengizinkan mereka untuk menerima akibat dari dosa-dosa mereka di dalam penyiksaan yang kekal di dalam neraka.

Definisi ini biasanya diterima oleh banyak gereja. Untuk masuk pada persoalan utama dari doctrin ini, kita harus bertanya: Bagaimana cara Allah melakukan pemilihan ini? Pandangan yang tidak reformed, yang dipegang oleh kebanyakan orang Kristen, adalah Allah membuat pemilihan itu atas dasar kemahatahuan-Nya. Allah memilih orang-orang yang Ia ketahui akan memilih-Nya untuk mendapatkan hidup yang kekal. Pengertian ini disebut pandangan pratahu dari Predestinasi, oleh karena berdasarkan pengetahuan Allah sebelumnya atas keputusan dan tindakan manusia.

Perbedaan pandangan reformed dengan yang lainnya adalah dalam hal keputusan keselamatan yang terletak pada Allah, bukan pada diri kita. Menurut pandangan ini, pemilihan Allah adalah berdasarkan kedaulatan-Nya. Pemilihan ini tidak didasarkan pada pratahu Allah akan keputusan atau tanggapan yang akan diberikan manusia. Pandangan reformed melihat bahwa keputusan manusia itu berasal dari kedaulatan anugerah Allah.

Pandangan reformed percaya bahwa apabilah seseorang yang telah jatuh ke dalam dosa dibiarkan untuk memilih berdasarkan kehendaknya sendiri, maka hasilnya orang itu tidak pernah akan memilih Allah. Manusia yang telah jatuh tetap memiliki kehendak bebas dan dapat memilih apa yang mereka inginkan. Tetapi masalahnya ialah manusia yang telah jatuh tidak memiliki keinginan/kecenderungan kepada Allah dan ia tidak akan memilih Kristus, kecuali ia dilahirkan baru. Iman merupakan kasih karunia yang dihasilkan oleh kelahiran baru. Hanya mereka yang dipilih Allah, yang akan menerima Injil di dalam iman.

Orang pilihan memilih Kristus hanya karena mereka telah dipilih Allah. Pada kasus Yakub dan Esau, Yakub dipilih semata-mata didasarkan pada kedaulatan kehendak baik Allah dan bukan atas dasar dari apa yang mereka lakukan atau yang akan mereka lakukan. Paulus menyatakan:

“Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya--dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda," Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah.” (Rm 9:10-12,16).

Hal yang sering diperdebatkan manusia dari Predestinasi adalah mengapa Allah tidak memilih semua orang untuk diselamatkan. Dia memiliki hak untuk memberikan belas kasihan kepada siapa Ia mau memberikan belas kasihan. Sebagian dari umat manusia yang telah jatuh menerima anugerah dan kemurahan pemilihan Allah. Sebagain yang lain dilewati oleh Allah dan mereka tetap di dalam dosa mereka. Tidak ada seorang pun yang menerima ketidakadilan. Allah tidak berkewajiban untuk bermurah hati kepada siapa pun juga. Kemurahan-Nya diberikan berdasarkan keputusan-Nya sendiri. Ia tidak pernah bersalah dalam bersikap tidak benar pada siapa pun juga (Lih. Rm 9:14-15).


Ayat-ayat Alkitab untuk bahan Refleksi lebih lanjut:
Amsal 16:4
Yohanes 13:18
Roma 8:30
Efesus 1:3-14
2Tesalonika 2:13-15


Sumber:
ALKITAB (LAI, 2000)
Essential Truths of the Christian Faith (R.C. Sproul)

Apa Kata Alkitab Mengenai KETEKUNAN

Bacaan FIRMAN TUHAN
Segala sesuatu yang berdasarkan perintah Allah semesta langit, harus dilaksanakan dengan tekun untuk keperluan rumah Allah semesta langit, supaya jangan pemerintahan raja serta anak-anaknya kena murka (Ezr 7:23).
Aku (hikmat) mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku (Ams 8:17).
Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu (Ibr 10:36).

Tekun adalah keputusan atau ketetapan hati yang kuat (teguh) untuk bersungguh-sungguh, rajin, dan tuntas dalam melakukan apa pun. Orang yang tekun tidak mudah mendua hati. Ia adalah seorang yang berfokus, konsisten dan tidak mudah putus asa terhadap apa yang sedang dikerjakannya. Firman Tuhan menjelaskan bahwa, orang yang tekun sajalah yang akan menghasilkan buah (Luk. 8:15), bahkan dengan porsi ganda (Yak. 5:11).
Banyak orang Kristen yang sangat merindukan agar janji-janji Tuhan dalam hidupnya dapat mereka peroleh. Mereka bahkan mengatakan telah “melakukan kehendak Tuhan”. Namun demikian, sekalipun telah melakukan kehendak Tuhan, jika tidak disertai ketekunan, janji-janji-NYA tidak akan diperoleh (Ibr. 10:36). Ketekunan adalah unsur terpenting dalam setiap keberhasilan.
Zaman modern yang serba instan telah memudarkan arti ketekunan. Orang di zaman sekarang ingin cepat behasil tanpa kerja keras dan ketekunan. Di masa-masa tekanan yang berat bagi gereja, Tuhan memberi instruksi kepada setiap orang kudus (percaya) agar tetap tekun (Why. 14:11-12). Bagaimana ketekunan dapat terbentuk?
Pertama, melalui kesengsaraan (Rm. 5:3). Itulah sebabnya Tuhan kadang kala mengizinkan kita mengalami kesengsaraan dengan tujuan agar Ia dapat membentuk ketekunan di dalam diri kita. Kedua, melalui ujian iman (Yak. 1:3). Oleh karena itu, Tuhan seringkali mengizinkan berbagai pencobaan menimpa hidup kita dengan maksud agar ketekunan dapat muncul di dalam diri kita. Ketiga, melalui latihan (bandingkan dengan kehidupan Ayub). Ketekunan dapat dilatih, karena hal itu adalah ketetapan hati. Sekalipun istri Ayub mendesak Ayub agar tidak bertekun lagi dalam kesalehannya, namun ia memutuskan dan menetapkan bahwa ia akan tetap tekun dalam kesalehannya (Ayb. 2:9-10).
Kita semua merindukan gereja kita terus bertumbuh, baik pertumbuhan kualitas maupun kuantitas. Untuk mencapai hal itu, kita harus bertekun seperti yang dilakukan oleh jemaat mula-mula. Setiap hari Tuhan menambah jumlah orang diselamatkan, karena ketekunan yang dimiliki oleh setiap anggota jemaat. Mungkin kita bertanya, “Dalam hal apa saja Tuhan ingin kita bertekun?” Baca: Kis. 1:14 (sehati dalam doa); Kis. 2:42 (belajar Firman Tuhan dan dalam persekutuan); Kis. 2:46 (berkumpul dalam persekutuan orang percaya); Kol. 1:23 (Iman, tetap teguh dan tidak bergoncang); 1Tes. 1:3 (pengharapan kepada Tuhan Yesus); 1Tim. 4:13 (membaca Alkitab); 1Tim. 4:16 (mengajar; mengawasi diri dan ajaran/kesaksian pribadi) dan hanya yang menang/mencapai finis melakukan semua kehendak Tuhan yang akan menerima janjiNYA (bdg Why. 2:7, 11, 17, 26-27; Why. 3:5, 12, 21).

RENUNGAN
  1. Bagaimana agar ketekunan dapat menjadi life style?
  2. Apakah Anda tetap konsisten dalam hal ketekunan?
  3. Apakah tantangan dan hambatan yang membuat Anda sulit untuk bertekun?
     
Pustaka:
ALKITAB (LAI, 2003)
Menjadi Murid Yang Menerobos