Yang sesungguhnya terdapat dalam
khotbah adalah pemahaman akan otoritas Allah yang membedakan khotbah tersebut dengan
sekadar komunikasi yang baik saja. Pengkhotbah besar adalah komunikator yang
baik, namun komunikator yang baik tidak selalu merupakan pengkhotbah yang besar.
Dan perbedaannya adalah otoritas. Definisi saya tentang khotbah adalah baha
khotbah merupakan perkataan dari Allah bagi manusia pada suatu saat dalam
sejarah.
Pertama, Jangan pernah berani berdiri di depan
sekelompok orang dengan Alkitab di tangan dan tidak mengharapkan perubahan.
Kita harus memiliki keyakinan yang kudus – yakni keyakinan pada Allah dan
firman-Nya, keyakinan bahwa Allah akan mengubah kehidupan kapanpun kita
berbicara dari kitab-Nya.
Kedua, Ingatlah bahwa tujuan dari seluruh pelayanan
adalah transformasi. Bukan berarti bahwa pelayanan harus disukai. Bukan
pula berarti bahwa pelayanan harus diterima. Tujuan utama Allah adalah mengubah
kehidupan.
Ketiga, Pada hari kiamat nanti, efektifitas
khotbah kita akan memancar dari kekudusan kehidupan pribadi kita.1
Dalam 2Korintus 2:17, Paulus
berkata “Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari (καπηλεύω - kapeleuo : peddle – NAS, NIV) keuntungan dari firman Allah.” Dalam bahasa Yunani,
kata peddle
berarti pembuat minuman anggur yang punya beberapa kiat. Mereka akan melemahkan
anggur dan mengedarkannya seakan-akan anggurnya asli. Paulus berkata tidak,
jangan menginjak-injak integritas kebenaran firman Allah. Jangan menjadi
terlalu perhatian pada “komunikasi” sehingga melemahkan isinya yang murni.
Paulus melanjutkan dengan berkata, “Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara
sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di
hadapan-Nya.” Itu memberitahu kita agar tulus dalam komunikasi kita, dengan
mempertahankan integritas. Jangan menjadi orator yang berubah menjadi
aktor yang mempesona dengan mengucapkan sesuatu sedemikian rupa sehingga orang
akan bertepuk tangan sambil berdiri untuk Anda. Jangan terlalu mementingkan
permainan kata-kata yang bisa mengundang senyum dan decak kagum dari umat.
Ada “racun kemabukan” di seputar
mimbar. Semakin tinggi pujian semakin dekat kita pada kehancuran, maka
janganlah bermain-main dengan umat. Ketika berkhotbah, harus diingat bahwa kita
sedang berurusan dengan perkara yang kekal, dengan kebenaran, dengan hal-hal
yang menuntut transparansi dan integritas yang sempurna.
Selamat menjadi
pengkhotbah Firman Tuhan..!
Footnote:
Preaching Jesus Christ, The One and only!
BalasHapusmakasih mas, telah mengingatkan
BalasHapus