MENJADI MURID SEJATI


"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku (Luk 14:26-27)
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (Mat 28:19)

Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberi perintah kepada murid-murid-Nya untuk "menjadikan semua bangsa murid-Nya" (Mat. 28:19-20). Tuhan tidak ingin kita hanya sekadar menjadi orang percaya. la ingin agar kita menjadi murid (Yoh. 8:30-31). Pada masa gereja mula-mula, orang-orang percaya lebih dikenal sebagai murid-murid. Ada beberapa persyaratan agar orang percaya dapat disebut seorang murid. Pertama, ia harus tetap berada di dalam firman-Nya (Yoh. 8:31). Seorang murid harus menunjukkan konsistensinya dalam menjalankan apa yang diajarkan kepadanya. la tidak akan menyimpang dari firman-Nya. la akan menaati setiap firman-Nya. Oleh karena itu, ia harus mempelajari dan mengerti firman-Nya agar dapat tetap berada di dalam firman-Nya. Kedua, ia harus bebas dari "ikatan" keluarga dan diri sendiri yang sifatnya negatif (Luk. 14:26). Kata "membenci" dalam ayat ini bukan dalam arti kebencian, tetapi keterikatan yang kuat dengan keluarga dan diri sendiri sehingga menghambat kemajuan dalam kerohanian. Bukankah ada banyak orang yang begitu terikat dengan tradisi dan kebiasaan keluarga yang tidak sesuai dengan firman Tuhan? Bukankah kita juga sering "mengasihi" diri sendiri? Inilah yang harus dilepaskan, supaya kita bisa menjadi murid-Nya. Ketiga, ia harus memikul salibnya (Luk. 14:27). Setiap orang Kristen yang sungguh-sungguh pasti memiliki salibnya sendiri, dan salib itu tidak mungkin dipikul oleh orang lain. Inilah penderitaan yang dialami akibat imannya kepada Kristus, misalnya ejekan, tamparan, dikucilkan, dihambat, dan seterusnya. Itulah sebabnya, kita harus mempersiapkan pikiran (mental) seperti itu (1Ptr. 4:1). Banyak orang percaya yang tidak siap mental dalam memikul salibnya sendiri, sehingga ia tidak pernah bisa menjadi dewasa dan menjadi murid-Nya. Keempat, ia harus mengikuti Yesus (Luk. 14:27). Selain memikul salib, seorang murid harus selalu mengikut ke mana Sang Guru pergi. Ini berarti, ia tidak bisa berjalan mengikuti kemauannya sendiri, tetapi kemauan dan rencana Tuhan. Untuk dapat menjadi seorang murid memang perlu pembentukan.

Pustaka:
1. Alkitab, LAI
2. Menjadi Murid Yang Menerobos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar